BI Sebut UMKM Naik Kelas, tapi Tersandung Kuantitas

2 jam yang lalu 1
ARTICLE AD BOX
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung dalam penutupan Karya Kreatif Indonesia (KKI), Minggu (10/8/2025). Foto: Bank IndonesiaDeputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung dalam penutupan Karya Kreatif Indonesia (KKI), Minggu (10/8/2025). Foto: Bank Indonesia

Produk UMKM Indonesia kini tak lagi sekadar memenuhi pasar lokal. Kualitas tenun, batik, hingga kopi telah naik kelas berkat pendampingan intensif. Namun, perjalanan menuju pasar global masih diwarnai hambatan klasik: keterbatasan kuantitas.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung menilai persoalan ini bukan hanya menghambat ekspor. Tetapi juga merugikan reputasi pelaku usaha di mata pembeli luar negeri.

“Keluhan mereka adalah soal kuantitas. Bulan ini satu kontainer bisa datang, bulan depan mungkin bisa datang lagi. Tapi kalau sudah bulan ketiga sudah tidak ada lagi barangnya,” kata Juda dalam penutupan Karya Kreatif Indonesia (KKI), Minggu (10/8).

Menurut Juda, UMKM yang berdiri sendiri sulit memenuhi economic of scale. Karena itu, BI mendorong konsep korporatisasi, yakni pelaku usaha tergabung dalam klaster, koperasi, atau bentuk badan usaha lain. Dengan bergabung, suplai bisa terjaga, bank pun lebih percaya menyalurkan pembiayaan.

Di sisi lain, tantangan UMKM bukan hanya soal kapasitas produksi. Perubahan tren global menuntut pelaku usaha untuk adaptif, terutama pada tren green dan circular economy.

Kesadaran konsumen, termasuk Gen Z terhadap keberlanjutan kini semakin tinggi. Produk yang ramah lingkungan, menggunakan bahan daur ulang, atau mengusung prinsip ekonomi sirkul...

Baca Selengkapnya