Dari Dapur ke Dompet Wisatawan Asing: Strategi Bisnis Slow Dining di Labuan Bajo

4 jam yang lalu 2
ARTICLE AD BOX

 Ave Airiza Gunanto/kumparanKurator The Kitchen Garden Labuan Bajo, Michael Iwa. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan

Di tengah gegap gempita wisatawan massal restoran mewah dengan tema tradisional itu menawarkan sesuatu yang berbeda.

The Kitchen Garden menyajikan makanan khas daerah Manggarai dalam piring keramik sederhana, disajikan dengan penuh cerita.

Memang restorannya tak punya papan nama besar, tetapi punya misi besar. Ini membuktikan bahwa ekonomi lokal bisa tumbuh tanpa harus menjual jati diri.

Kurator The Kitchen Garden, Michael Iwa, 55 tahun, bukan orang baru dalam industri makanan dan minuman. Tiga dekade lebih ia mengasah kepekaannya terhadap rasa dan pasar.

Michael sempat tinggal dan menjadi Chef di Bali selama 25 tahun, dan sepuluh tahun terakhir di Labuan Bajo. Namun baru pada April 2025, setelah badai dan letusan gunung membuat Michael dan mitra bisnisnya membuka restoran berkonsep slow dining dengan sentuhan eksklusif.

Lokasinya jauh dari pusat kota, aksesnya tidak mudah. Tapi itulah bagian dari strateginya.

“Restoran ini memang tidak untuk semua orang. Kami bukan tempat datang langsung makan. Kami ingin mengenal tamu kami terlebih dulu,” kata Michael di The Kitchen Garden Labuan Bajo, dikutip Sabtu (12/7).

 Ave Airiza Gunanto/kumparanThe Kitchen Garden Labuan Bajo. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan

Sistem reservasi menjadi saringan awal. Tidak hanya untuk mengatur jadwal atau jumlah pengunjung, tapi juga untuk memahami siapa yang akan datang, asal mereka, preferensi rasa, alergi, hingga karakter budaya.

Dari sanalah...

Baca Selengkapnya