Dari Pesantren ke ArtJog: Proses Faisal Kamandobat Menciptakan Endog Jagad

1 minggu yang lalu 5
ARTICLE AD BOX
 Dok. IstimewaInstalasi karya Faisal Kamandobat berjudul “Endog Jagad: Serat Nubuwat Kiai Jembar Manah”, di ruang pamer ArtJog 2025, Jogja National Museum. Foto: Dok. Istimewa

Seniman Faisal Kamandobat membawa kisah dari pesantren di Desa Karanggedang, Kecamatan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, ke panggung ArtJog 2025 “Motif: Amalan” di Jogja National Museum (JNM). Karyanya berjudul “Endog Jagad: Serat Nubuwat Kiai Jembar Manah”, berupa naskah dan lukisan dalam gulungan manuskrip iluminasi Arab Pegon (aksara Arab untuk menulis bahasa Jawa/Indonesia) berukuran panjang 14 meter dan lebar 1,5 meter. Dalam diskusi publik pada Selasa (19/8), Faisal memaparkan proses kreatifnya bersama penerjemah Welda Sanavero dan moderator Ignatia Nilu.

Kritik dan Gagasan dalam Endog Jagad

Faisal menuturkan bahwa gagasan karyanya berangkat dari riset di desanya. Dalam prosesnya, ia melibatkan para santri di Pesantren Karanggedang yang dikelola oleh keluarganya. Mereka diminta mewawancarai orang tua mereka, menggali sejarah kampung, dan merekam pengetahuan lokal. Hal ini dilakukannya untuk menghidupkan kembali nilai-nilai masyarakat desa yang semakin terancam punah.

 Pandangan Jogja/Nuha KDengan latar belakang keluarga pemilik pesantren di Desa Karanggedang, Cilacap, Jawa Tengah, Faisal Kamandobat menciptakan “Endog Jagad: Serat Nubuwat Kiai Jembar Manah” yang lekat dengan tradisi Jawa dan pesantren. Foto: Pandangan Jogja/Nuha K

“Desain pembangunan nasional tidak menempatkan desa dalam proporsi yang tepat. Akhirnya, desa jadi habis,” kata Faisal, merujuk pada fisik dan pengetahuan desa.

Kritik ini menjadi pijakan lahirnya Endog Jagad. Bagi Faisal,...

Baca Selengkapnya