Getir Kisah Cinta Veteran Perang, Puluhan Tahun Mencari Istri Berakhir di Pusara

10 jam yang lalu 2
ARTICLE AD BOX
 Masruroh/BasraVeteran perang tahun 1945, Kakek Amad. Foto: Masruroh/Basra

Sebagai seorang veteran perang yang sudah menginjak usia di atas 100 tahun, kondisi fisik kakek Amad mengundang decak kagum orang yang melihatnya. Langkah kakinya masih tegak tanpa bantuan tongkat, daya ingatnya juga masih tajam jika bercerita tentang perang di masa lalu, meski pendengarannya sedikit bermasalah. Di balik kondisi fisik yang masih kuat di usia yang cukup senja, veteran yang menjadi saksi sejarah perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit) Surabaya, tersimpan kisah cinta yang cukup getir.

"Tahun 1954 saya harus meninggalkan istri karena bertugas di luar pulau. Itu sekaligus menjadi pertemuan terakhir dengan istri," kisahnya dengan mata berkaca-kaca, kepada Basra.

Kakek Amad lantas mengenang kisah cintanya dengan sang istri yang bernama Supiah. Supiah merupakan orang Lumajang yang bekerja kepada orang Tionghoa di Kabupaten Pasuruan. Kakek Amad mengaku sudah jatuh cinta pada Supiah sejak pandangan pertama.

Tanpa menunggu lama, ia pun meminta izin kepada majikan Supiah untuk menikahinya. Gayung bersambut, sang majikan mengizinkannya menikahi Supiah.

Usai menikah Kakek Amad dan sang istri lantas menetap di Lumajang. Sayang, kebersamaan Kakek Amad dengan istri tercinta di Lumajang tidak berlangsung lama, hanya sekitar tiga bulan.

Pria kelahiran Surabaya itu harus berangkat tugas ke Sulawesi Utara dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Manado. Peristiwa itu kini dikenal sebagai pertempuran Merah Putih pada 14 Februari 1946.

"Baru saja nikah, saya berangkat tugas ke Sulawesi berjuang, Supiah saya tinggal di rumah," ujarnya.

Perpisahan yang mulanya direncanakan untuk sementara, berubah menjadi pertemuan terakhir pasangan muda itu untuk selama-lama...

Baca Selengkapnya