Indonesia Merdeka dan Pax Americana

5 jam yang lalu 2
ARTICLE AD BOX
 Shutterstock.Franklin Delano Roosevelt dan Winston Churchill. Sumber: Shutterstock.

Di lepas Pantai Newfoundland, di atas megahnya kapal perang HMS Prince of Wales, semangat Wilsonian dipulihkan. Franklin D. Roosevelt dan Winston Churchill berhasil menandatangani sebuah piagam krusial, yang dikenal dengan Piagam Atlantik (The Atlantic Charter) pada Agustus 1941. Salah satu yang ditekankan di dalamnya adalah hak bangsa untuk menentukan nasib sendiri (self-determination) yang telah dicanangkan Woodrow Wilson di penghujung Perang Dunia I.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Cordell Hull, menafsirkannya sebagai, “setiap bangsa yang siap menerima tanggung jawab kemerdekaan, berhak menikmati kemerdekaan”. Empat tahun kemudian, pada 17 Agustus 1945, Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan bangsanya. Indonesia sedang menagih janji Piagam Atlantik, di tengah dunia yang berubah dengan hegemoni yang berganti.

Dunia Lama dan Dunia Baru

Bulan Agustus 1945 menandai munculnya sebuah cahaya diujung lorong panjang yang gelap. Cahaya di ujung lorong itu sudah terlihat, dan jaraknya dekat. Perdamaian yang dinantikan setelah perang panjang yang mengguncang dunia sejak 1939, kini akan bertemu akhirnya setelah Jepang, kekuatan Poros (Axis Power) terakhir di Pasifik, mengalami kekalahan. Presiden Amerika Serikat, Harry S. Truman, memutuskan untuk menjatuhkan bom atom di dua kota besar di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki. Jepang menyerah tanpa syarat, Perang Dunia II berakhir, dan dunia berada di persimpangan jalan sejarah.

Berakhirnya Perang Dunia II seiring sejalan dengan dimulainya era dominasi Amerika Serikat di dunia. Dunia memasuki era hegemoni AS, yang dalam istilah jurnalis Henry Luce disebut Abad Amerika (The American...

Baca Selengkapnya