Kekerasan Seksual di Ruang Virtual: "Aku Tidak Sadar Sudah Menjadi Korban"

2 jam yang lalu 1
ARTICLE AD BOX
 ShutterstockIlustrasi perempuan korban pelecehan seksual deepfake. Foto: Shutterstock

Sebagai peneliti di bidang gender, menganalisis tentang kekerasan seksual menjadi salah satu penelitian yang tidak pernah saya lewatkan. Pada bulan semester ganjil tahun ajaran 2024/2025, saya mendapatkan kesempatan untuk meneliti tentang pemahaman para remaja mengenai kekerasan seksual di dunia nyata dan dunia virtual. Tujuan dari penelitian ini tentunya untuk membuat saya mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya tentang pencegahan kekerasan seksual.

Kuesioner disebarkan melalui media sosial pada tanggal 6 Juni hingga 6 Juli 2025 dengan sampel siswi yang masih duduk di bangku sekolah. Selama satu bulan kuesioner tersebut disebarkan, terkumpul 492 kuesioner. Dari ratusan kuesioner tersebut, terseleksi 308 kuesioner yang menjawab bahwa mereka pernah berkomunikasi dengan orang-orang yang lebih tua daripada mereka di media sosial. Komunikasi tersebut berawal mula dari berkenalan, kemudian menjadi sangat akrab dan chat di direct messages tersebut berlangsung selama berhari-hari.

Dari 308 kuesioner tersebut, 187 di antaranya memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis yang lebih tua tersebut. Ketika diseleksi lebih mendalam lagi, terdapat 89 kesamaan pada remaja yang mengisi kuesioner, yaitu mereka menjalin hubungan pertemanan, persahabatan, bahkan hubungan layaknya individu yang berpacaran dengan lawan jenis tersebut. Selain pacaran, ara remaja menyebutnya dengan istilah hubungan tanpa statis (HTS), friend with benefit (FWB), maupun platonik relationship. Mereka memaknai hubungan mereka dengan istilah dan definisi masing-masing.

Setelah itu, kuesioner terakhir berisi, "Apakah Anda bersedia diwawancara lebih lanjut? Tentu saja identitas Anda akan dirahasiakan dan hanya diketa...

Baca Selengkapnya