ARTICLE AD BOX

Pemerintahan Malaysia tengah mengupayakan penurunan tarif AS yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump menjadi 20 persen. Kendati begitu, mereka enggan memenuhi tuntutan akan pajak kendaraan listrik dan kepemilikan asing.
Mengutip Bloomberg, negosiator Perdana Menteri Anwar Ibrahim tengah mengupayakan tarif lebih rendah dari 25 persen yang akan berlaku mulai 1 Agustus. Tujuannya supaya mendekati tarif negara tetangga seperti Indonesia dan Vietnam, ungkap sumber Bloomberg yang meminta tidak disebutkan namanya karena proses negosiasi masih berlangsung.
Malaysia telah menunjukkan kemajuan dalam mengatasi kekhawatiran AS atas penyelundupan semikonduktor berkinerja tinggi. Namun, mereka menolak tuntutan Washington untuk memperpanjang keringanan pajak bagi kendaraan listrik Amerika, mengurangi batas kepemilikan saham asing di sektor tenaga listrik dan keuangan yang sensitif secara politis, serta memotong subsidi untuk nelayan lokal.
Awal bulan ini, Menteri Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia (MITI), Zafrul Aziz, sempat optimis bisa mencapai kesepakatan untuk menurunkan tarif. Namun, belakangan ia juga mewanti-wanti tentang bahaya kesepakatan yang tidak tepat dan menyudutkan posisi negara-negara kecil seperti Malaysia dalam bernegosiasi.
Perdana Menteri Anwar Ibrahim sebelumnya bahkan menyatakan pemerintah sudah menetapkan 'garis merah' dalam diskusi perdagangan ini, termasuk terkait hak istimewa bagi orang Melayu dan masyarakat adat.
Negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara juga menghadapi kekecewaan dalam perundingan dengan pemerintahan Trump. Berdasarkan laporan Bloomberg, Vietnam dikejutkan oleh pengumuman AS bahwa mereka sepakat dengan tarif ...