RI Dinilai Butuh Nuklir, Tak Cukup Andalkan PLTP-PLTA untuk Kegiatan Industri

3 minggu yang lalu 12
ARTICLE AD BOX
Forum Group Discussion (FGD) Prospek Nuklir untuk Kedaulatan Energi Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kamis (31/7/2025). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparanForum Group Discussion (FGD) Prospek Nuklir untuk Kedaulatan Energi Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kamis (31/7/2025). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan

Peran pengembangan pembangkit listrik di Indonesia sangat vital untuk mendukung industrialisasi. Apalagi saat ini Indonesia masih termasuk dalam negara berpenghasilan menengah ke bawah.

Guru Besar Fakultas Teknik Nuklir dan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada (UGM), Andang Widi Harto, mengatakan struktur ekonomi Indonesia masih didominasi industri level 1 yang berbasis sumber daya alam dan bahan mentah.

Imbas dari nilai tambah ekonomi yang terbatas, kata dia, Indonesia berpotensi terjebak dalam 'middle income trap'. Hal ini salah satunya disebabkan konsumsi energi yang relatif rendah dan penggunaan sumber daya fosil masih dominan.

"Energi itu harus masif, kontinyu, dan terjangkau. Jadi industri itu perlu energi yang cukup masif makanya kita perlu sejumlah besar energi," katanya saat Forum Group Discussion (FGD) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kamis (31/7).

Untuk menyokong perkembangan industri ke depan, lanjut Andang, energi yang dibutuhkan harus terjangkau dan tidak bersifat fluktuatif, alias harus bisa menjadi penopang beban dasar (baseload).

Namun di tengah persoalan pemanasan global, maka pembangkit yang diutamakan adalah berbasis energi baru terbarukan (EBT). Pembangkit EBT baseload yang sudah dikembangkan di Indonesia di antaranya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Hanya saja, Andang menilai PLTP dan PLTA tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan in...

Baca Selengkapnya