ARTICLE AD BOX

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menyoroti fenomena penggunaan kecerdasan buatan (AI) yang mulai merambah ke tingkat pengambilan keputusan strategis di beberapa negara.
Ia mencontohkan, pemanfaatan tersebut sudah diterapkan di Uni Emirat Arab (UEA) yang menempatkan agentic AI sebagai bagian dari jajaran eksekutif perusahaan.
“Di antara C level, di antara rektor dan wakil rektor ada satu agent AI yang gak kasat mata, tapi ada satu di mana keputusan yang diambil oleh rektor suara dia wajib didengarkan. Nah itu di Uni Emirat Arab sudah seperti itu,” ujar Meutya dalam paparannya di hadapan mahasiswa baru UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Senin (25/8).
Menurut Meutya, posisi AI di UEA bahkan bisa menyanggah keputusan manusia karena dianggap memiliki olahan data yang lebih akurat dibanding memori manusia. Namun, ia menegaskan bahwa Indonesia belum akan menerapkan pola serupa.
“Sekali lagi ini di Indonesia, saya pribadi sebagai Menkomdigi untuk saat ini kita belum ke arah sana. Saya nggak tahu beberapa saat ke depan, karena bagi saya tetap cek akhir harus oleh tangan-tangan manusia,” kata Meutya.
Ia menekankan, keputusan di Indonesia tidak bisa hanya bertumpu pada data, melainkan juga harus mempertimbangkan empati dan dimensi kemanusiaan.
“Keputusan juga tidak boleh hanya berdasar data, tapi harus ada empati, harus ada human dimension, harus ada pemikiran sentuhan-sentuhan manusia,” tambahnya.
Meutya menilai, digitalisasi dan AI memang berkembang jauh lebih cepat daripada internet di era sebelumnya. Namun, ia mengingatkan agar pemanfaatan AI...