ARTICLE AD BOX

Suhu udara di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terasa lebih dingin dari biasanya dalam beberapa hari terakhir. Fenomena ini dikenal dengan sebutan bediding, yang lazim terjadi saat musim kemarau. Suhu minimum tercatat mencapai 20 derajat celsius.
Koordinator Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Yogyakarta, Etik Setyaningrum, menjelaskan bahwa fenomena ini dipicu oleh beberapa faktor meteorologis. Salah satunya adalah pergerakan massa udara dingin dan kering dari Australia yang dikenal sebagai Monsun Dingin Australia.
“Adanya pergerakan massa udara dari Australia yang membawa massa udara dingin dan kering melewati wilayah Indonesia atau disebut dengan Monsun Dingin Australia," Kata Etik kepada Pandangan Jogja, Kamis (10/7).
Faktor lain yang memengaruhi adalah rendahnya kelembapan udara serta kondisi langit yang cenderung cerah. Kandungan uap air yang sedikit membuat atmosfer lebih cepat melepaskan panas ke angkasa.
“Tutupan awan relatif sedikit dan pantulan panas dari Bumi yang diterima dari sinar matahari tidak tertahan oleh awan, tetapi langsung terlepas dan hilang ke angkasa," paparnya lebih lanjut.
Etik menyebut suhu minimum yang tercatat di Stasiun Klimatologi DIY dalam beberapa hari terakhir berada di kisaran 20–22 derajat celsius.
“Suhu udara dingin atau istilah umum di masyarakat Jawa dikenal dengan bediding biasanya terjadi selama periode musim kemarau. Tercatat suhu minimum beberapa hari terakhir di Stasiun Klimatologi DIY berkisar 20–22 derajat celsius,” jelasnya.
Fenomena bediding diperkirakan berlangsung hingga Agustus. Pada periode puncak musim kemarau, suhu udara berpotensi menjadi lebih dingin.
“Suhu terdingin akan terjadi pada bulan Juli–Agustus saat memasuki puncak musi...