Cerita Bagus Saputra, Saksi Hidup Perjuangan I Gusti Ngurah Rai Gempur Belanda

2 jam yang lalu 3
ARTICLE AD BOX
 Jonathan Devin/kumparanKetua DPD Legiun Veteran RI Bali, I Gusti Bagus Saputra. Foto: Jonathan Devin/kumparan

Sambil terduduk di kursi roda, I Gusti Bagus Saputra masih semangat menceritakan pengalamannya saat terlibat Perang Margarana. Perang itu dipimpin I Gusti Ngurah Rai saat Belanda hendak menduduki Bali pada 1946.

Pria kelahiran 17 Januari 1930 itu tergabung dalam Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia (DPRI) dan ikut sebagai mata-mata. Usianya kala itu masih 16 tahun.

Dia bercerita, Belanda pertama kali masuk ke Bali pada 2 Maret 1946. Saat itu, ada 2 batalyon Belanda masuk melalui Sanur.

"Maka terjadi pertempuran-pertempuran sengit melawan Belanda itu," ujar Bagus saat ditemui di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (10/8).

Aksi teatrikal Serangan Umum Surakarta di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (10/8/2025). Foto: Jonathan Devin/kumparanAksi teatrikal Serangan Umum Surakarta di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (10/8/2025). Foto: Jonathan Devin/kumparan

Dia menyebut, Ngurah Rai saat itu baru saja kembali dari Yogyakarta usai diangkat Presiden Soekarno menjadi Panglima Angkatan Bersenjata untuk Sunda Kecil.

Di perjalanannya pulang, Ngurah Rai sempat dicegat oleh Belanda ketika melintasi Selat Bali. Banyak perahu milik pejuang Indonesia ditenggelamkan Belanda.

Beruntung, Ngurah Rai masih selamat dengan berjalan kaki menuju Munduk, Buleleng. Di situ kemudian dijadikan Markas Besar Dewan Perjuangan Rakyat Sunda Kecil.

Di markas itu, Bagus bercerita, Ngurah Rai mulai menyusun strategi untuk mengusir Belanda dari Pulau Dewata.

"Dari sana dia kemudian diatur pertempuran-pertempuran karena kita sudah punya senjata, ya kit...

Baca Selengkapnya