ARTICLE AD BOX

Dahulu, ada sebuah perasaan magis saat seseorang membangun sudut kecilnya sendiri di internet. Blog menjadi sebuah taman rahasia, sebuah kamar pribadi yang pintunya sedikit terbuka bagi siapa saja yang tidak sengaja lewat atau memang sengaja datang berkunjung. Pemiliknya adalah arsitek sekaligus penghuni, dengan kuasa penuh untuk mengecat dinding dengan berbagai warna, mengisi rak-rak dengan tulisan apa saja, dan menata perabotannya widget kalender, pemutar musik, atau daftar blog sahabat sesuai selera.
Kini, banyak orang seolah sudah pindah dari kamar pribadi itu ke sebuah pasar malam yang tidak pernah tutup. Setiap orang memiliki lapaknya sendiri, dan di atas lapak itu, para pedagang memajang versi terbaik dari hidupnya.
Manusia bukanlah lagi penghuni, melainkan pedagang. Dan barang dagangan utamanya adalah citra diri sendiri. Pergeseran dari ngeblog ke ngetwit atau mengunggah story bukanlah sekadar soal memendeknya durasi perhatian. Hal tersebut merupakan transformasi fundamental dari tujuan keberadaan di dunia maya sehingga upaya untuk mendokumentasikan menjadi ajang mempromosikan.
Perubahan tersebut lebih dalam dari sekadar format. Hal tersebut menyentuh arsitektur rumah digital, mengubah niat dalam berbagi, dan pada akhirnya, membentuk kembali cara memandang identitas diri sendiri. Kisah hilangnya budaya menulis panjang adalah kisah tentang bagaimana diary personal pelan-pelan berubah menjadi etalase publik yang menuntut performa tanpa henti.
Arsitektur Rumah Digital yang Hilang
Dalam memahami perubahan tersebut, perlu dilihat perbedaan arsitektur antara blog dan platform media sosial modern. Sebuah blog didesain seperti sebu...