Indonesia Butuh 5 Pabrik Baru Demi Jalankan Program Biodiesel B50

10 jam yang lalu 2
ARTICLE AD BOX
 Daff Picture/ShutterstockIlustrasi Biodiesel 40. Foto: Daff Picture/Shutterstock

Indonesia masih harus mengejar ketertinggalan infrastruktur biodiesel jika ingin merealisasikan program B50 atau campuran 50 persen biodiesel pada bahan bakar solar. Setidaknya butuh lima pabrik biodiesel baru dengan kapasitas masing-masing 1 juta kiloliter (KL).

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, mengatakan baru ada tiga pabrik yang tengah dalam proses konstruksi.

"Sekarang sudah ada tiga ya on going construction, dan kita perlu lima dengan kapasitas besar. Kalau kapasitasnya 1 juta, kita baru perlu lima," kata Eniya dalam acara Aprobi di Hotel Pullman, Kamis (17/7).

Eniya mengungkapkan, penerapan program biodiesel B50 saat ini masih tahap pengujian, mulai dari aspek teknis hingga kesiapan pasokan bahan baku berupa crude palm oil (CPO). Sehingga target implementasi B50 pada 2026 masih belum pasti.

"Ini perlu persiapan waktu, nggak mungkin ujug-ujug langsung misalnya B50 gitu ya, atau B50 hanya di Jakarta doang. Ini saya enggak tahu nih, ini perlu dikaji ya. Opsi-opsi B itu perlu dikaji," imbuhnya.

Selain kapasitas produksi, Eniya menyoroti kesiapan infrastruktur yang masih terbatas. Implementasi B40 saja dinilai masih menghadapi kendala seperti minimnya moda angkut, keterbatasan fasilitas kapal dengan kapasitas pompa (flow rate) yang memadai, serta sarana-prasarana (sarpras) seperti tangki penyimpanan, pemipaan, dan fasilitas pencampuran (blending) di Terminal BBM (TBBM).

Baca Selengkapnya