ARTICLE AD BOX

Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Marsekal Madya TNI M Syafi'i mengungkapkan, Sistem deteksi dini yang dimiliki Basarnas yakni MEOLUT-IDMCC, rusak. Hingga saat ini tidak bisa diperbaiki karena anggaran terbatas.
Hal ini disampaikan Kepala Basarnas Mohammad Syafii dalam rapat dengan Komisi V DPR, Senin (7/7).
"Secara khusus, kami sampaikan bahwa Basarnas memiliki MEOLUT, dan kondisi saat ini kami laporkan dalam kondisi unserviceable," kata Syafii.
Ia menyebut, anggaran yang ada tak mencukupi untuk perbaikan. Kata dia, hal ini juga mengganggu kinerja Basarnas dalam operasi SAR yang mereka lakukan.
"Anggaran pemeliharaan yang dialokasikan hanya mampu mendukung sampai bulan Juni 2025. Apabila kondisi ini tidak diaktifkan kembali, maka Indonesia akan dinyatakan tidak aktif dalam keanggotaan Cospas-Sarsat," ujar Syafii.
Cospas-Sarsat merupakan sistem search and Rescue (SAR) berbasis satelit internasional yang pertama kali digagas oleh empat negara yaitu Prancis, Kanada, Amerika Serikat dan Rusia (dahulu Uni Soviet) pada tahun 1979.
"Saat ini pelaksanaan operasi SAR sering dianggap tidak cepat, tepat, dan tidak terkoordinasi. Fungsi deteksi dini saat ini sudah mulai terganggu dan masyarakat sangat membutuhkan layanan publik, khususnya jaminan keselamatan," kata dia.
Basarnas membutuhkan anggaran Rp 2,27 T untuk mendukung kegiatan-kegiatan mereka.
"Anggaran tersebut jauh dari kebutuhan Basarnas Pagu Basarnas minimal untuk mempertahankan kesiapan dan kemampuan sebesar Rp 2, 27 T. Apabila Pagu tersebut bila dibandingkan dengan Pagu indikatif, akan terdapat backlog anggaran Rp 1,26 T," tutupnya.