PMI Manufaktur RI Masih Kontraksi, Lebih Rendah dari Kondisi Industri ASEAN

2 jam yang lalu 2
ARTICLE AD BOX
 industryviews/ShutterstockIlustrasi Pabrik Manufaktur. Foto: industryviews/Shutterstock

Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia masih mencatatkan kontraksi pada Juli 2025, meski naik menjadi 49,2, dari Juni di 46,9. S&P Global mencatat PMI manufaktur Indonesia masih didera penurunan produksi berkelanjutan dan penurunan permintaan baru.

Meski PMI manufaktur Indonesia masih kontraksi, PMI manufaktur ASEAN beranjak ekspansi menjadi 50,1 pada Juli naik dari 48,6 pada bulan Juni dan setelah tiga bulan berturut-turut berada di bawah angka 50. Pendorongnya adalah kenaikan produksi dan pemulihan permintaan baru.

Ekonom S&P Global Market Intelligence, Usamah Bhatti, mengatakan penurunan output dan permintaan baru berlanjut pada awal kuartal III 2025 meski sempat mereda pada Juni. Hanya saja pada saat yang sama, permintaan ekspor kembali menurun, sementara perusahaan sedang dalam mode penghematan dengan memangkas karyawan dan pembelian.

“Produsen juga mencatat bahwa tekanan harga semakin intensif sejak awal semester 2025. Inflasi biaya merupakan yang paling tinggi dalam empat bulan di tengah peningkatan harga bahan baku dan fluktuasi nilai tukar,” tutur Usamah dalam riset S&P Global, Sabtu (2/8).

Selain ASEAN, PMI manufaktur Vietnam juga melesat 52,4 pada Juli, naik dari 48,9 pada bulan Juni dan mengalami ekspansi setelah empat bulan berturut-turut dalam fase kontraksi. Pendorongnya adalah pulihnya pertumbuhan pesanan baru.

Begitu juga dengan PMI manufaktur Thailand yang naik tipis menjadi 51,9 di Juli, dari 51,7 di Juni menandakan perbaikan kondisi sektor manufaktur. Pendorongnya adalah percepatan pertumbuhan pesanan baru.

Tidak hanya Thailand dan Indonesia...

Baca Selengkapnya