ARTICLE AD BOX

Kerusakan alam yang kian masif di berbagai belahan dunia bukan lagi bisa dianggap sebagai persoalan teknis semata. Bagi Rezal Kusumaatmadja, hal itu sudah menjadi persoalan sosial, politik, bahkan spiritual. Pandangan itu ia sampaikan dalam Forum Praksis (Pusat Riset dan Advokasi Serikat Jesus) seri ke-11 yang digelar di Jakarta, Selasa (8/7) lalu, dalam diskusi bertajuk “Solusi Tanding Demi Memperkuat Ketahanan Ekosistem Berbasis Komposisi Modal Organik.”
Mengacu pada ensiklik Laudato Si’ karya Paus Fransiskus yang terbit pada 2015, Rezal menegaskan pentingnya pendekatan lintas dimensi dalam merawat bumi. Setiap upaya untuk melestarikan lingkungan harus dilakukan sebagai bagian dari kesadaran bahwa bumi adalah “rumah bersama” yang perlu dirawat secara kolektif oleh seluruh makhluk yang menghuninya.
“Inisiatif sekecil apa pun untuk melestarikan alam akan jadi sumbangan penting dalam mengangkat keseluruhan sistem menuju ke tingkat yang lebih tinggi,” ujar Rezal. Di tengah kondisi alam yang secara sistemik sudah kacau dan tak seimbang, menurutnya, pelibatan aspek spiritual, moral, dan etis menjadi sangat penting.
Ia menilai, penyelesaian teknis semata terhadap kerusakan lingkungan justru tidak memadai. Manusia, kata Rezal, bukan satu-satunya penghuni planet ini. Bahkan jauh sebelum manusia hadir, alam sudah ada—hidup, tumbuh, dan memiliki sistemnya sendiri. Ketika dimensi spiritual dan moral hilang dari cara pandang manusia terhadap alam, muncullah ilusi bahwa alam semata diciptakan un...