ARTICLE AD BOX

Kebijakan tarif baru Amerika Serikat terhadap produk impor dari India dinilai membuka peluang bagi Indonesia untuk memperluas ekspor ke pasar AS.
Namun, sejumlah ekonom mengingatkan bahwa peluang ini hanya bisa dimanfaatkan bila Indonesia mempercepat reformasi industri, meningkatkan daya saing, dan bersikap lebih tegas dalam negosiasi dagang.
Ekonom Universitas Paramadina, Wija, mengatakan beberapa produk ekspor utama India seperti garmen, sepatu, dan komponen elektronik bersaing langsung dengan produk Indonesia di pasar AS.
Dengan tarif India yang kini lebih tinggi, Indonesia bisa merebut sebagian pangsa pasar. “Selain ekspor, FDI juga bisa terdampak. Investor bisa mengalihkan investasi dari India ke Indonesia,” ujarnya, Minggu (3/8).
Ia menilai Indonesia tetap perlu memperjuangkan diskon tarif tambahan, terutama untuk produk ramah lingkungan, barang dalam skema GSP seperti furnitur, karet, kopi, dan bahan kimia, serta produk dengan tarif rendah seperti alas kaki, perikanan, dan komponen elektronik.
Namun, ia mengingatkan agar pemerintah berhati-hati dalam menyepakati pembelian produk dari AS. “Ketentuan soal periode, harga, dan jenis produk jangan sampai memberatkan,” katanya.
Ekonom CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menyebut struktur ekspor Indonesia dan India ke AS cukup mirip, terutama pada elektronik, tekstil, dan alas kaki. Karena itu, perubahan tarif berpotensi menggeser daya saing antar kedua negara.
“Tapi tarif bukan satu-satunya faktor. Kita juga harus perbaiki efisiensi logistik, desain produk, dan keterampilan tenaga kerja,” ujarnya.
...