ARTICLE AD BOX

Matahari belum keluar dari balik kabut saat Ajai Makmud datang dengan tangan berdarah ke rumah bidan. Jari kelingking kanannya terpotong oleh mesin pengolah sagu di rumahnya. Dengan tergopoh-gopoh, Ajai diantar tetangga menggunakan motor ke dusun sebelah yang jaraknya sekitar 700 meter untuk mendapatkan penanganan medis.

Beruntung, Candra Kirana atau yang akrab disapa bidan Ilen sedang berada di rumahnya, di fasilitas pondok bersalin desa (polindes) yang sudah 10 tahun ditempatinya sebagai tempat praktek sekaligus rumah tinggal. Dengan sigap, Ilen membuka ruangan berobat dan menangani luka pasiennya di sana agar tidak infeksi dan pendarahan. Listrik belum menyala saat itu, langit masih gelap meskipun sudah menunjukan pukul 08.00 WIB. Hanya lampu darurat menerangi bidan Ilen bekerja.
