Rentetan Kasus Perdagangan Bayi dan Impitan Ekonomi di Baliknya

1 hari yang lalu 3
ARTICLE AD BOX

Tatapan kosong Minah tertuju ke dinding triplek rumahnya di kawasan Koja, Jakarta Utara, saat ingatan membawanya kembali pada momen perpisahan dengan dua anaknya. Perempuan 53 tahun itu seperti menyusun potongan memori pahit ketika menceritakan alasan di balik keputusannya memberikan dua dari enam anaknya kepada orang lain untuk diadopsi.

Peristiwa itu terjadi lebih dari 20 tahun lalu ketika Minah diusir pemilik kontrakan karena tak sanggup membayar sewa. Dalam situasi terdesak, Minah menghubungi seorang kenalan dari Muncang, Lebak, Banten, dan memohon agar kenalannya itu mengambil dan mengasuh bayinya, anak keempat Minah yang baru berusia 40 hari.

Sebagai ganti telah memberikan bayinya, Minah menerima sejumlah uang untuk melunasi tunggakan rumah kontrakannya.

“[Waktu itu] barang-barang saya sudah dilempar-lempar ke pintu [sama pemilik kontrakan],” kata Minah kepada kumparan di kediaman sempitnya yang kini miliknya sendiri, Jumat (18/6).

Minah terselamatkan dari nasib menjadi gelandangan berkat bayinya yang ditukar dengan uang. Ia menegaskan, “Saya bukan berniat menjual [anak]. Tapi dengan cara itu, saya dikasih duit buat bayar kontrakan.”

 Erandhi Hutomo Saputra/kumparanKondisi rumah Ibu Minah di Kampung Beting, Jakut. Foto: Erandhi Hutomo Saputra/kumparan

Selain anak keempatnya itu, anak keduanya pun sebelumnya telah dilepas Minah untuk diasuh oleh saudaranya yang lebih mapan. Menurut Minah, kondisi ekonomi yang semakin sulit ditambah suami yang tiba-tiba mengalami stroke membuat Minah tak punya pilihan selain kembali melepas anaknya ke tangan orang lain.

Sejak suaminya jatuh sakit dan hanya bisa berbaring di kasur, Minah harus menghidupi keluarga serta 4 anak lainnya seorang diri. Ia yang sehari-hari mengamen di ja...

Baca Selengkapnya