ARTICLE AD BOX

Dalam dunia yang semakin tersambung dengan secara digital dan emosional, perebutan pengaruh tidak lagi hanya masuk dari senjata dan diplomasi, namun masuk melalui film, lagu, game, dan novel. Budaya populer yang digemari masyarakat luas telah menjadi arena baru bagi operasi intelijen – bukan dengan senjata, namun dengan narasi dibalik kamera. Film-film seperti James Bond, Mission Impossible, Homeland hingga Jack Ryan bukan hanya hiburan semata. Film-film tersebut merupakan bagian dari operasi pengaruh untuk menciptakan citra, membentuk opini, dan mengukuhkan suatu bangsa lewat cerita.
Soft Power, Narasi, dan Imajinasi
Dalam konsep soft power yang diperkenalkan Joseph Nye, kekuatan suatu negara tak hanya ditentukan oleh senjata atau ekonomi, tetapi juga oleh kemampuannya mempengaruhi negara lain secara halus melalui budaya, nilai, dan daya tarik. Ciri khas soft power sendiri biasanya mengandalkan daya tarik bukan paksaan, lebih bersifat persuasif serta dilakukan melalui diplomasi budaya, pendidikan, media, dan kerjasama internasional. Di sinilah film menjadi medium yang sangat efektif. Sebagai bagian dari budaya pop global, film menjangkau audiens lintas negara dan kelas sosial, mempengaruhi cara mereka melihat dunia — dan lebih penting lagi, bagaimana mereka melihat negara pembuatnya.
Inggris misalnya dengan menggunakan tokoh James Bond buatan Ian Fleming, yang merupakan seorang agen intelijen MI6, merupakan contoh klasik bagaimana budaya pop mengangkat citra sebuah institusi intelijen menjadi simbol kekuatan nasional. Meski tidak diciptakan oleh negar...